Kamis, 03 November 2011

Arsitektur dan Lingkungan

Kota Berkelanjutan

Text Box: Gambar. 1 Infrastruktur kota yang pro-lingkunganSecara umum konsep pengembangan kota berkelanjutan didefinisikan sebagai pengembangan kota yang mengedepankan adanya keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup. Keseimbangan ini penting untuk menjamin adanya keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia, tanpa mengurangi peluang generasi yang akan datang untuk menikmati kondisi yang sama.
Sebuah kota yang berkelanjutan, atau eko-kota (eco-city) adalah kota yang dirancang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, dihuni oleh orang yang berdedikasi untuk meminimalisasi input seperti kebutuhan energi, air dan makanan, sedangkan output-nya berupa limbah, panas, polusi udara – CO2, metana, dan polusi air. Dalam buku Ecocity Bekeley tahun 1987, karya Richard, muncul istilah pertama mengenai “ecocity“, yang secara harfiah berarti, “membangun kota untuk masa depan yang sehat”.
Sebuah kota yang berkelanjutan dapat berkembang sendiri dengan mengandalkan minimal pada daerah sekitarnya, dan bertumpu pada kekuasaan yang bersumber dari energi terbarukan. Inti dari ini semua kemungkinan adalah untuk menciptakan jejak terkecil ekologi, dan untuk menghasilkan kuantitas terendah polusi, untuk mengefisiensi penggunaan lahan; bahan yang digunakan kompos, daur ulang atau mengubah sampah-ke-energi, dan dengan demikian kontribusi keseluruhan kota untuk perubahan iklim akan menjadi minimal, jika praktek-praktek tersebut dipatuhi.

 Aspek – Aspek Kota Berkelanjutan
Kota berkelanjutan mempunyai 3 aspek yang sangat berhubungan yaitu aspek lingkungan hidup , aspek sosial , dan aspek ekonomi. 

Kriteria Kota Berkelanjutan
Dari aspek lingkungan hidup, rendahnya kualitas air tanah, tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, merupakan hal – hal yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan keberadaan RTH secara ekologis.
Selain itu dari aspek perilaku sosial, tingginya tingkat kriminalitas dan konflik horizontal di antara kelompok masyarakat perkotaan secara tidak langsung juga disebabkan kurangnya ruang kota yang dapat menyalurkan kebutuhan interaksi sosial dan pelepas ketegangan yang di alami masyarakat perkotaan.
Dalam sustainable city hunungan ekonomi masyarakat tercermin dari tahaphidup, hubungan lingkungan dengan ekonomi tercermin dari upaya konservasi, dan hubungan msyarakat dengan lingkungan tercermin dari ko – eksistensi.

Sumber : copyright@http://ruryklh.wordpress.com/2011/01/10/kota-berkelanjutan/
Buku arsitektur dan lingkungan Dr. Sri Handayani, MPD



Tidak ada komentar:

Posting Komentar